Laman

Kamis, 18 Desember 2014

Inilah Wanita Yang Menghina Islam. ALIAA MAGDA ELMAHDY.


ALIAA MAGDA ELMAHDY adalah seorang blogger dan aktivis perempuan yang berani dari Mesir. Ia bikin blog yang kebanyakan berisi foto-foto bugilnya dan pesan-pesan protes terhadap ketidakbebasan dan diskriminasi terhadap perempuan di Mesir. Pada Desember tahun lalu bersama sejumlah temannya, Aliaa demo dengan tidak sehelai pun benang menempel di tubuh di depan Kedutaan Besar Mesir di Stockholm. “Sharia is not a Constitution,” begitu tulisan di tubuhnya yang bugil saat demo tersebut.

Aliaa mendefinisikan dirinya sebagai "sekuler, liberal, feminis, vegetarian, individualis Mesir”. Aliaa masih belia. Ia lahir pada tahun 1991. Jalan yang dipilih Aliaa adalah menjadi aktivis memperjuangkan hal-hak perempuan di Mesir. Ia perempuan yang radikal. Berani, secara terbuka menantang struktur sosial Mesir. Foto-foto telajang di blognya, ia sebut sebagai "jeritan masyarakat terhadap kekerasan, rasisme, seksisme, pelecehan seksual dan kemunafikan".


Aliaa adalah seorang bekas mahasiswi American University of Cairo.  Ia sering mendapat ancaman dibunuh oleh kelompok-kelompok yang tidak senang dengan cara-caranya. Pada 2013 ini , Aliaa mencari suaka politik di Swedia karena tak mau dipenjara, setelah ancaman diculik dan dibunuh. Ia juga melarikan diri dari upaya perkosaan.

Mengapa Aliaa protes dengan cara tampilkan foto-foto telanjang? Ketika diwawancarai CNN akhir 2011 lalu, Aliaa mengatakan, dia melakukan itu karena tidak malu menjadi seorang wanita dalam masyarakat di mana perempuan hanyalah obyek seks.”

“Foto adalah ekspresi dari diri saya dan saya melihat tubuh manusia sebagai yang terbaik merepresentasi artistik itu,” kata Aliaa lagi.

Dalam wawancara itu, Aliaa juga mengatakan, ia adalah orang yang suka tampi berbeda. Dia mencintai hidup, seni, fotografi dan mengungkapkan pikirannya melalui tulisan lebih dari apapun. “Itu sebabnya saya belajar media dan berharap dapat membawanya lebih jauh ke duniaTV, jadi saya bisa mengungkap kebenaran di balik kebohongan kita bertahan sehari-hari di dunia ini. Saya tidak percaya bahwa kita harus memiliki anak hanya melalui perkawinan. Ini semua tentang cinta.” Menariknya, meski menerima praktek seks tanpa hubungan pernikahan, Aliaa mengaku menentang praktek aborsi.

Aliaa tinggal di sebuah negara yang sejak tahun 1981 dipimpin oleh hanya satu Presiden, Mohamed Hosni Mubarak. Awal 2011 terjadi perubahan besar di Mesir. Pada akhir Januari 2011 rakyat Mesir menuntut Mubarak turun dari jabatannya. Terjadi demonstrasi besar-besaran selama kurang lebih 18 hari. Akhirnya11 Februari 2011 Hosni Mubarak resmi mengundurkan diri. Peristiwa pengunduran diri Mubarak menjadi tahap baru bagi negara yang dari 74 juta penduduknya 90% diantaranya beragama Islam sisanya beragama Kristen (Coptic).

Presiden yang menggantikan Mubarak adalah Mohammed Morsi dari Ikhwanul Muslimin. Ia resmi menjadi Presiden Mesir pada bulan Juli 2012. Namun, Morsi hingga sekarang terus mendapat tantangan dari kelompok oposisi dan sekuler. Penolakan terhadap rezim Morsi antara lain tentang upayanya memformalisasi syariah dalam konstitusi Mesir.

Pertengahan Februari lalu sejumlah perempuan di Mesir melakukan demo tolak kekerasan terhadap kaumnya yang semakin massif pasca revolusi 2011. Sejak akhir tahun lalu, para feminis di Mesir khawatir konstitusi baru Mesir dapat makin mengecilkan hak-hak kaum perempuan.

Nihad Abu El Konsam feminis Mesir cemas, bahwa kaum Islamis menggunakan konsititusi baru untuk menjadikan Mesir kembali mundur. Nihad Abu El Konsam adalah juga Pengacara sekaligus direktur Pusat Hak Perempuan Mesir.  “Ini bencana. Pada kenyataannya, tak satupun pasal dalam naskah konstitusi itu yang mengedepankan hak perempuan,“ papar Nihad Abu El Konsam seperti dilansir Deutsche Welle online (http://www.dw.de/).

Dia juga mengatakan, pasal dalam konstitusi, yang menyatakan semua warga negara setara, dinyatakan sejak tahun 1971. Namun, ujar Abu El Konsam, “...sejak saat itu, sudah 40 tahun, perempuan merasakan diskriminasi di segala bidang.  Hingga kini tidak ada hakim perempuan yang mempunyai posisi sama dengan laki-laki. Demikian pula di dunia industri, terjadi diskriminasi dalam soal pembayaran upah dan kesempatan pelatihan. Tingkat pengangguran perempuan empat kali lebih tinggi dibanding laki-laki. Kami tak punya undang-undang kekerasan domestik.Kalaupun kasusnya dibawa ke pengadilan, pelakunya dibebaskan.“

Aliaa Magda Elmahdy hadir dalam konteks revolusi dan masa transisi Mesir. Tapi, ia mengaku, sebagaimana ia sering berbicara kepada media, memilih tidak menjadi bagian dari arak-arakan demonstran revolusioner di jalanan. Ia memilih caranya sendiri sebagai perempuan. Tubuhnya adalah alat protes, memprotes kontrol kuasa atas tubuh perempuan.

2 komentar:

  1. mantab gan...
    ijis copas, tenang deuh, ke urang ngopi di imah bos Gevenk...
    Hahahah..!!

    BalasHapus